ID | EN

Pesona Budaya & Filosofi Suku Mentawai Yang Bertumbuh Bersama Tato

Suku Mentawai memiliki filosofi dan kebudayaan yang mendalam. Termasuk arti dari setiap tato yang menjadi bagian dari kebudayaan Suku Mentawai. Baca selengkapnya di sini.
Photo by Life Folk:
 
Tato seringkali dikaitkan dengan stigma negatif di masyarakat, namun bagaimana jika tato tersebut adalah bagian dari tradisi? Suku Mentawai dari Sumatra Barat memiliki tradisi tato yang khas, yang telah menjadi bagian dari identitas mereka. Tato tersebut menutupi tubuh mereka dari kepala hingga kaki, dan setiap motif memiliki filosofi tertentu. Lebih dari itu, tato suku Mentawai merupakan salah satu yang tertua di dunia. Bagaimana asal-usulnya?
 
1. Sejarah dan Asal-Usul Tato Mentawai
 
Sumber: Photo by Oncy Oni
 
Seni tato, atau seni rajah, dalam suku Mentawai pertama kali dicatat oleh James Cook pada tahun 1769. Suku Mentawai sendiri tercatat sebagai bangsa Proto Melayu yang datang dari daratan Asia atau Indocina sekitar tahun 1500 SM-500 M. Kemiripan motif tato Mentawai ditemukan dalam seni budaya Dongson di Vietnam, serta pada beberapa suku di Rapa Nui, Hawaii, Kepulauan Marquesas, dan suku Maori di Selandia Baru. Berdasarkan catatan ini, tato Mentawai dianggap sebagai yang tertua di dunia.
 
2. Makna dan Filosofi di Balik Tato
Tato bagi masyarakat suku Mentawai bukan sekadar hiasan, melainkan memiliki makna filosofis mendalam. Motif tato mencerminkan jati diri dan status sosial atau profesi pemiliknya. Misalnya, dukun sikerei memiliki motif yang berbeda dengan ahli berburu. Ahli berburu menato tubuh mereka dengan gambar hewan tangkapan seperti rusa, kera, babi, buaya, dan burung, sedangkan dukun sikerei memiliki tato hewan sibalu-balu di dadanya.
 
3. Simbolisme dan Identitas Sosial
 
Sumber: photo by Oncy Oni
 
Setiap tato memiliki motif khas, seperti garis-garis dengan jarak tertentu yang diukur dengan jari. Selain sebagai penanda status sosial, tato juga berfungsi sebagai simbol keseimbangan alam. Batu, tumbuhan, dan hewan diabadikan dalam tato mereka karena dipercayai memiliki jiwa. Motif tato di dada juga berbeda antara laki-laki dan perempuan; perempuan biasanya memiliki motif subba atau tangguk yang mencerminkan kegiatan menangkap ikan di sungai.
 
4. Proses Pembuatan Tato
 
Sumber: Photo by Oncy Oni
 
Proses pembuatan tato Mentawai melalui tiga tahap. Pertama, pada usia 11-12 tahun, tato dimulai di pangkal lengan. Kedua, pada usia 18-19 tahun, tato dilanjutkan di area paha. Ketiga, setelah usia 19 tahun, tato ditambahkan di tulang rusuk, telapak tangan, kaki, dan pusar. Proses ini diawali dengan upacara inisiasi yang dipimpin oleh sikerei dan diikuti oleh masyarakat. Sipatiti, atau seniman tato, kemudian menggambar motif menggunakan lidi, sebelum menato dengan patiti (jarum bertangkai kayu).
 
5. Alat dan Bahan Tradisional
Alat-alat yang digunakan untuk menato semuanya tradisional. Lidi digunakan untuk menggambar motif, jarum dibuat dari tulang hewan atau kayu karai yang diruncingkan, dan pewarna terbuat dari tebu dan arang tempurung kelapa. Setelah penatoan, kulit yang memerah diobati dengan daun kukuet yang digosok hingga halus dan dioleskan ke luka untuk mencegah infeksi dan pembengkakan. Proses penatoan bisa memakan waktu dan menyakitkan, sehingga dapat ditunda sebulan jika satu bagian sudah selesai ditato.

6. Keberagaman Motif Tato
 
Sumber Photo by Oncy Oni
 
Motif-motif tato suku Mentawai juga menunjukkan penyebaran orang Mentawai di berbagai wilayah. Di daerah Siberut, motif tato hampir sama dengan di Sarereket karena sungai Siberut berhulu di sana. Di daerah Saibi, motifnya sama dengan Simatalu, Siberut Barat. Perbedaan motif mengikuti hulu sungai, karena pemukiman Mentawai didirikan di lembah sepanjang sungai.

Tato Mentawai bukan hanya seni, tetapi juga identitas budaya yang kaya dan mendalam, mencerminkan hubungan mereka dengan alam dan struktur sosial yang kompleks.
Scroll To Top