Pandulisane merupakan singkatan dari Pandu, Tuli, Daksa, dan Netra, menyiratkan keinginan komunitas untuk menjadi wadah belajar bagi yang berniat memandu teman tuli, daksa dan netra.

Anda pasti setuju bahwa diperlukan pengetahuan khusus untuk dapat berinteraksi dengan para penyandang disabilitas, mengingat teman-teman difabel membutuhkan perlakuan tertentu. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang awam akan hal tersebut. Berangkat dari permasalahan itu, sekelompok anak-anak muda di Jakarta mendirikan sebuah komunitas bernama Pandulisane.

Pandulisane merupakan singkatan dari Pandu, Tuli, Daksa, dan Netra. Nama tersebut menyiratkan keinginan komunitas yang didirikan bulan Mei 2018 itu untuk menjadi wadah belajar bagi siapa pun yang berniat memandu teman tuli, daksa dan netra.

Pandu Wicaksono, pendiri Pandulisane sudah sejak lama concern terhadap penyandang disabilitas. Berawal dari seringnya menjadi penerjemah bahasa isyarat untuk para difabel, ia paham bahwa masih banyak orang non-disabilitas yang tidak mengerti apa yang dibutuhkan oleh para penyandang disabilitas.

Melalui tagline #HelpPeopleHelpYourself, komunitas di Jakarta ini mulai menginisiasi kelas-kelas terbatas yang memberikan pengalaman untuk memahami para difabel dan pembekalan agar dapat berinteraksi dengan mereka. Sebagai contoh, jika Anda sering merasa canggung saat bertemu teman tuli karena tidak tahu cara menggunakan bahasa isyarat, di Pandulisane, Anda akan diajari teknik dasar bahasa isyarat.

Selain belajar bahasa isyarat, Pandulisane juga sering mengadakan kegiatan-kegiatan kreatif lainnya yang sangat berarti bagi para difabel. Salah satu adalah kegiatan “Motoin Akses”. Melalu kegiatan ini, Pandulisane mengajak masyarakat menjadi relawan untuk mendokumentasikan akses dan fasilitas bagi para penyandang disabilitas. Siapa saja bisa berpartisipasi dalam aksi #motoinakses melalui aplikasi campaign.com.

Yang sering kita temui seperti jalur berwarna kuning di trotoar merupakan akses atau jalur untuk tuna netra. Ada juga tangga tanpa undakan, dan spot kosong di dalam kereta, Transjakarta, atau MRT, itu merupakan beberapa contoh fasilitas untuk tuna daksa.

Sayangnya, masih banyak orang yang tidak tahu tentang hal itu, dan banyak juga orang-orang tidak bertanggung jawab yang merusaknya atau menggunakan fasilitas tersebut untuk kepentingan mereka sendiri.

Melalui aksi motoin akses, para relawan Pandulisane dapat membagikan foto-foto akses fisik untuk para difabel yang mereka temui ke media sosial. Agar dapat memberikan sosialisasi ke orang lain untuk ikut menjaga fasilitas tersebut.

Pandulisane bercita-cita ingin merealisasikan impian para penyandang disabilitas dengan menciptakan lingkungan inklusif bagi mereka di Indonesia. Langkah itu dimulai dengan memperkenalkan seputar disabilitas kepada masyarakat umum.

Jika Anda tertarik bergabung dengan Pandulisane, komunitas ini biasanya membuka kesempatan untuk menjadi hopekeeper atau relawan dalam mencapai tujuan lingkungan inklusi. Informasi lebih lengkap bisa Anda cek di Instagram @pandulisane, ya!

Top Photo Credit: Instagram @pandulisane