Cara agar tidak terjangkit penyakit leptospirosis.

Sebagian besar wilayah Jabodetabek terendam banjir sejak 1 – 4 Januari 2020 lalu. Banyak warga yang terdampak banjir harus mengungsi selama beberapa hari. Kini, hampir semua wilayah terdampak banjir sudah surut, warga yang mengungsi pun mulai pulang ke rumah mereka masing-masing. Namun, permasalahan baru muncul.

Banyaknya lumpur dan sampah-sampah sisa banjir yang mengendap di permukiman warga berpotensi membawa sejumlah penyakit seperti diare, dan flu. Namun, kali ini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan memperingatkan akan tingginya risiko terkena penyakit leptospirosis. Apakah itu leptospirosis?

Dihimpun dari berbagai sumber, leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp. yang ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Beberapa jenis hewan yang dapat menularkan leptospirosis adalah anjing, hewan pengerat seperti tikus, dan kelompok hewan ternak seperti sapi dan babi.

Penyakit ini dapat ditularkan melalui air kencing dan kotoran hewan yang larut dalam genangan air banjir atau lumpur. Leptospirosis dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir, mata, hidung, kulit yang luka, hingga makanan.

Biasanya, orang yang terinfeksi bakteri Leptospira akan merasakan gejala-gejala seperti tubuh menggigil, batuk, diare, sakit kepala, demam tinggi, nyeri otot, tidak nafsu makan, dan iritasi pada mata.

Kementerian Kesehatan RI pun mengimbau masyarakat untuk melakukan hal-hal berikut demi mencegah penyakit leptospirosis:

- Berperilaku hidup bersih dan sehat dengan menjaga lingkungan.
- Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.
- Mencuci tangan, kaki, serta bagian tubuh lainnya dengan sabun.
- Memakai sepatu dari karet dengan ukuran tinggi dan sarung tangan karet bagi kelompok yang bertugas, atau relawan yang turun langsung ke wilayah banjir.
- Membasmi tikus di rumah dan kantor.
- Bersihkan dengan desinfektan pada rumah-rumah yang terkena banjir.

Top Picture Source: Instagram @kemenkes_ri