Tips agar tidak terserang hipotermia saat mendaki gunung.
Umumnya, Hipotermia tak datang secara tiba-tiba dan langsung berakibat kematian. Ada pendaki yang terserang hipotermia dan berhasil diselamatkan. Para pendaki harus mengenali gejalanya, agar tidak semakin parah dan berakibat fatal. Gejala hipotermia antara lain tidak berhenti menggigil, halusinasi, muntah-muntah, bicara melantur, kulit berwarna abu-abu, detak jantung melemah, dan tekanan darah menurun.
Photo by Andrew Shelley on Unsplash
Menurut pendaki gunung senior dari Mapala UI sekaligus pemanjat tebing kenamaan Indonesia, Adi Seno, serangan hipotermia tak hanya terjadi pada pendaki gunung es. Hipotermia juga dapat menyerang pendaki yang mendaki gunung di wilayah tropis seperti di Indonesia. Namun yang perlu diketahui, hipotermia tak hanya terjadi karena suhu lingkungan sekitar dan ketinggian, namun juga suhu tubuh pendaki tersebut.
Photo by Mathias Jensen on Unsplash
Kurang asupan makanan juga menjadi salah satu faktor terjadinya hipotermia yang parah. Meski sedang asyik mendaki dan menikmati keindahan alam, pendaki jangan sampai lupa menjaga asupan makan agar tak mudah lelah dan terhindar dari hipotermia.
Photo by Markus Spiske on Unsplash
Mendaki dengan kondisi pakaian yang basah juga dapat menimbulkan hipotermia. Adi menambahkan, jika terjadi gejala hipotermia, pendaki disarankan mengganti bajunya dengan baju yang bersih dan kering. Setelah itu, segera masuk ke dalam sleeping bag untuk menghangatkan badan. Meski terkesan sederhana, namun hal-hal ini justru sangat penting untuk menghindari serangan hipotermia yang lebih parah.
Faktor lain yang sama pentingnya yang juga menyebabkan serangan hipotermia berakibat fatal adalah kurangnya persiapan pada pendaki. Lazimnya, pendaki mempelajari terlebih dulu medan yang akan dilalui, mengecek kondisi cuaca agar tahu peralatan apa saja yang harus dibawa.
Photo by Markus Spiske on Unsplash