Contact Us
Find Our Page
// Instagram
// Follow Us

5 Fakta Tentang Jalan Braga Di Bandung Yang Anda Perlu Tahu

Rachelle Kandou

Mengunjungi Kota Bandung belumlah lengkap tanpa datang ke Jalan Braga. Bagi Anda pecinta sejarah dan hal-hal berbau tempo dulu wajib ke sini.

 
Bandung merupakan salah satu kota yang penting pada zaman kolonial Belanda. Kota ini juga memiliki tempat bersejarah yang menarik dan juga gedung-gedung dengan arsitektur bergaya Eropa yang mempesona seperti Gedung Sate, Gedung De Vries yang terletak di pertigaan Jalan Braga dengan Jalan Asia Afrika, Hotel Homan, Hotel Preager, Bank Indonesia, Gereja Katedral, dan masih banyak lagi.
 

Photo by Pradamas Gifarry on Unsplash  
 
Salah satu tempat bersejarah yang menarik dan wajib dikunjungi di Bandung adalah Jalan Braga. Jalan yang memiliki panjang 850 meter ini memiliki cerita sejarah yang menarik. Berikut ini 5 fakta menarik mengenai Jalan Braga yang perlu Anda ketahui.
 
1. Dikenal dengan nama karrenweg atau pedatiweg
Dulu jalan ini merupakan jalan yang berlumpur yang sering dilalui oleh pedati. Jalan ini menghubungkan gudang kopi milik Andreas De Wilde (sekarang merupakan Balai Kota Bandung) dengan Jalan Asia Afrika (yang dulu bernama Jalan Raya Pos). Sebelum menjadi kawasan elit dan pusat hiburan pada zaman Belanda, jalan ini rawan akan kejahatan. Tak banyak ditemukan orang-orang yang meninggal dibunuh atau dirampok. Kini jalan ini sudah berubah menjadi jalan yang dipadati kendaraan dan juga salah satu objek wisata bersejarah yang menarik.
 
 
2. Tempat Berbelanja
Menjelang akhir abad ke-19, Kota Bandung mengalami perkembangan dalam pembangunan. Tak terkecuali kawasan Jalan Braga pun mengalami perkembangan dalam pembangunan. Braga terkenal dengan pusat pertokoan bagi bangsa Eropa dan juga kalangan menengah ke atas. Biasanya orang-orang Eropa (khususnya orang Belanda) yang tinggal di Bandung merupakan pengusaha perkebunan teh yang dikenal dengan istilah Preagerplanters. Bahkan menurut Haryato Kunto dalam Wajah Bandoeng Tempo Doeloe (1984), Braga dijuluki sebagai kawasan komplek pertokoan yang paling terkemuka di Hindia Belanda.
 
3. Tempatnya Kuliner Yang Melegenda
Tempat kuliner yang melegenda dari zaman Belanda di Braga adalah Maison Bogerijen atau sekarang dikenal dengan Braga Permai, dan Sumber Hidangan. Maison Bogerijen atau Bogerijen merupakan restoran yang sering dikunjungi oleh para pejabat tinggi di zaman Kolonial. Bisa dikatakan Bogerijen merupakan tempat terkenal yang mewah pada zamannya,. Restoran ini menyajikan hidangan khas Eropa maupun Hindia Belanda. Sedangkan Sumber Hidangan dahulu bernama Het Snoephuis, yang artinya adalah Rumah Manis. Kalau di Snoephuis terkenal dengan hidangan berbagai macam pilihan roti yang sudah ada sejak tahun 1929. Jika ingin merasakan cita rasa tempo dulu, pastikan untuk mengunjungi Braga Permai (Maison Bogerijen) dan Sumber Hidangan (Het Snoephuis).
 

Photo by Braga Permai Bandung (Instagram @bragapermaibandung)
 
4. Merupakan Pusat Mode Terkenal
Jalan Braga memiliki dua toko mode terkenal dan saling bersaing, yaitu Au Bon Marche dan Onderling Belang. Au Bon Marche memiliki mode fashion yang berkiblat ke Prancis. Bahkan Au Bon Marche terkenal akan gaya fashion-nya yang chic hingga ke Batavia pada saat itu. Sehingga banyak juga para tamunya dari Batavia yang khusus datang ke sini untuk membeli pakaian yang sedang tren di Paris saat itu. Toko ini menampilkan apa yang sedang tren di Paris saat itu, dan dua hingga tiga minggu ke depan pasti akan muncul di bagian etalase toko. Sedangkan Onderling Belang memiliki arah mode fashion yang berkiblat ke Belanda. Namun pada saat pemerintahan Presiden Soekarno, Onderling Belang dirubah namanya menjadi Sarinah. Kedua toko ini sama-sama mengedepankan kualitas kelas satu. Sehingga kedua toko ini banyak dikunjungi oleh kalangan menengah ke atas di eranya. Sayangnya gedung Onderling Belang sudah hancur. Tetapi dibangun kembali menjadi Sarinah, pusat perbelanjaan yang menjual berbagai macam produk lokal. Onderling Belang sendiri diganti namanya menjadi Sarinah pada saat pemerintahan Presiden Soekarno. Sedangkan gedung bekas Au Bon Marche kini menjadi Simpul Art Space #4 merupakan event venue dan tempat diadakannya pagelaran seni.
 

Photo by Alinear Indonesia Docs.
 
5. Memiliki Bioskop Pertama Di Indonesia
De Majestic adalah bioskop pertama yang dibangun di Kota Bandung pada zaman Kolonial Belanda. Sebelumnya bernama Concordia Bioscoop. Dirancang oleh arsitek kenamaan yang bernama Charles Prosper Wolff Schoemaker. Ia banyak merancang gedung-gedung ikonik di Bandung, seperti Gedung Asia Afrika, Gereja Katedral, Masjid Cipaganti, Gedung PLN, termasuk gedung bioskop De Majestic. Gedung ini didesain dengan gaya art deco dimana pada tahun 1920-an menjadi gaya ini sedang menjadi tren gaya arsitektur. Bangunan bioskop De Majestic dikenal dengan sebutan bangunan kaleng biskuit karena tampilannya mirip dengan kaleng biskuit. Dulu pemutaran film di bioskop ini hanya pada jam tertentu saja. Tidak seperti bioskop sekarang yang buka sepanjang hari, bahkan hingga lewat tengah malam untuk jadwal midnight show. Di sini banyak diputarkan berbagai film Eropa dan Amerika yang diproduksi oleh Metro Goldwyn-Mayer (MGM). Pada saat itu tempat ini selain untuk menjadi tempat hiburan di pusat perbelanjaan elit, juga merupakan tempat berkumpulnya para meneer dan mevrow Belanda pengusaha perkebunan teh untuk menikmati film Hollywood. Sekarang tempat ini menjadi cagar budaya yang dilestarikan sebagai tempat peninggalan Belanda yang sarat akan histori.

Related Posts

Editor's Choice

Most Reads

Follow us on Instagram!

Follow us 👉 @alinear.id for more interesting updates, promos, and vouchers coming up! ✨

Or, click the button below to join and request the 2024 Alinear Indonesia collaboration & partnership program for your business and promotions.⁠

*Terms & Conditions Applied.

Contact us Contact us
img